MENGENAL PENYAKIT HATI (HEPATITIS)
Organ hati atau disebut juga Liver atau Hepar, termasuk salah satu organ pencernaan yang mempunyai peran terhadap proses metabolisme tubuh.
Apabila organ hati / hepar terpapar oleh Infeksi virus disebut Hepatitis , yang dapat menyebabkan gangguan fungsi hati dalam proses pencernaan hingga penyaringan racun dan zat-zat berbahaya didalam tubuh.
Setidaknya terdapat 5 jenis virus hepatitis yang menyebabkan epidemi besar di berbagai negara di dunia termasuk di Indonesia, yakni virus hepatitis A, B, C, D, dan E.
Selain itu, mengkonsumsi minuman yang mengandung alkohol dan beberapa jenis obat-obatan, serta penyakit autoimun dan cacing dapat menjadi faktor penyebab penyakit peradangan hati tersebut.
Gejala & tanda klinis Hepatitis
Penderita hepatitis biasanya tidak merasakan gejala sampai beberapa minggu atau telah terjadi gangguan fungsi hati.
Pada penderita hepatitis akibat infeksi virus, gejala akan muncul setelah masa inkubasi, yakni sekitar 2 minggu sampai 6 bulan yang disebut gejala akut. Bila kurun waktu lebih dari 6 bulan, disebut gejala kronis.
Beberapa gejala/ tanda umum yang dapat ditemukan, antara lain :
- Mual dan muntah
- Demam
- Mudah lelah
- Feses berwarna pucat/ dempul
- Urine berwarna gelap (seperti teh)
- Nyeri perut dan lambung
- Nyeri sendi & otot
- Hilangnya nafsu makan
- Penyakit kuning
- Berat badan menurun
Penyebab utama penyakit ini adalah infeksi virus yang berlangsung di dalam hati sehingga menyebabkan peradangan.
Kasus yang sering terjadi di Indonesia meliputi infeksi virus hepatitis A, B, dan C (VHA, VHB, dan VHC).
Ketiganya memiliki karakteristik virus yang berbeda sehingga berbeda pula cara penularannya.
1. Hepatitis A
Infeksi virus hepatitis A memunculkan gangguan kesehatan paling ringan dibandingkan jenis hepatitis lainnya.
Umumnya penyakit ini tidak memunculkan gejala. Ketika orang yang terinfeksi VHA, gejalanya berupa sakit kepala, mual dan muntah, dan penyakit kuning.
Penularan VHA dapat terjadi melalui konsumsi makanan dan minuman yang tercemar, kontak langsung dengan penderita, terutama ketika melakukan hubungan seksual.
Penyakit ini dapat dicegah melalui vaksinasi dan penerapan perilaku bersih sehat.
2. Hepatitis B
Gejala hepatitis B akut yang muncul umumnya adalah mengalami rasa sakit di bagian perut atas (abdomen) di sebelah kanan, penyakit kuning, dan air seni/ urine yang berubah warna gelap dan pekat seperti warna teh.
Penularan VHB 95% terjadi secara vertikal, yaitu ketika proses persalinan. Penularan sebesar 5% berlangsung secara horizontal, melalui proses transfusi darah, penggunaan jarum suntik, pisau cukur, dan transplantasi organ.
Infeksi virus ini bisa dicegah melalui vaksinasi sejak dini.
3. Hepatitis C
Penderita penyakit hati kronis seperti sirosis atau kanker hati cenderung lebih mudah mengalami hepatitis C. Umumnya infeksi VHC akan berkembang ke tahap kronis sehingga dibutuhkan pengobatan khusus.
Sampai saat ini belum ditemukan vaksin yang dapat meminimalisasi penyebaran VHC. Terlebih, virus ini memiliki tipe gen atau genotip yang berbeda-beda.
Sama halnya dengan VHB, infeksi VHC dapat ditularkan melalui transfusi darah, cairan tubuh, dan transplantasi organ.Penularan dari persalinan atau hubungan seksual terjadi dalam kemungkinan kecil.
Jenis infeksi virus Hepatitis lainnya, adalah:
4. Hepatitis D
Hepatitis D adalah peradangan hati akibat infeksi virus hepatitis D (HDV). Jenis hepatitis ini jarang terjadi, tetapi bisa menimbulkan masalah kesehatan yang serius.
Seseorang bisa tertular hepatitis D bila memiliki riwayat penyakit hepatitis B. Penularan virus ini bisa melalui penggunaan jarum suntik yang tidak steril atau transfusi darah.
5. Hepatitis E
Hepatitis E disebabkan oleh infeksi virus hepatitis E (HEV). Hepatitis E ditularkan melalui air atau makanan yang terkontaminasi virus ini. Oleh karena itu, hepatitis E mudah menular di lingkungan dengan sanitasi yang buruk.
Selain karena infeksi virus, keadaan peradangan
pada hati / hepar dapat diakibatkan karena :
Kecanduan alkohol
Konsumsi minuman yang mengandung alkohol secara berlebihan bisa menyebabkan peradangan pada hati dan menimbulkan kerusakan permanen pada sel-sel hati. Hal ini tentu mengganggu fungsi hati. Jika tidak ditangani, kondisi ini dapat berkembang menjadi gagal hati dan sirosis.
Beberapa obat-obatan tertentu
Jenis hepatitis yang disebut toxic hepatitis ini terjadi akibat konsumsi obat-obatan tertentu yang melebihi dosis dan pemakaian jangka . Hati bisa mengalami peradangan atau rusak karena bekerja terlalu keras dalam memecah obat-obatan tersebut.
Penyakit Autoimun
Hepatitis yang disebabkan oleh penyakit autoimun (kelainan sistem kekebalan tubuh), maka sistem imun tubuh secara keliru menyerang sel-sel hati sehingga menimbulkan peradangan dan kerusakan hati.
Infeksi cacing hati
Peradangan hati juga bisa terjadi akibat cacing hati opisthorchiidae dan fasciolidae. Seseorang bisa terkena jenis hepatitis ini bila mengonsumsi makanan yang dimasak tidak matang dan terkontaminasi larva cacing hati tersebut.
Hepatitis akut yang tidak diketahui penyebabnya
Selain yang disebutkan di atas, ada juga jenis yang disebut hepatitis akut misterius. Hepatitis ini tidak diketahui penyebabnya, tetapi terdapat dugaan penyakit ini terkait dengan Adenovirus dan SARS-CoV-2.
Hepatitis akut misterius menyerang anak-anak berusia 1 bulan hingga 16 tahun. Di Indonesia, sampai 5 Mei 2022, diketahui sudah ada tiga anak yang meninggal dunia diduga akibat mengidap hepatitis pada anak-anak secara yang akut dan belum diketahui/ misterius ini.
Hepatitis dapat diatasi dengan pengobatan medis yang disesuaikan dengan etiologi atau penyebabnya.
Faktor resiko Hepatitis
Terdapat beberapa faktor yang dapat meningkatkan resiko seseorang menderita hepatitis, yaitu:
- Tidak mencuci tangan setelah dari toilet, sebelum mengolah makanan atau sebelum makan
- Mengkonsumsi makanan yang terkontaminasi virus hepatitis atau makanan yang tidak diolah/ masak hingga matang
- Berbagi barang pribadi, seperti pisau cukur, gunting kuku, dll
- Berhubungan seksual dengan penderita hepatitis, memiliki lebih dari satu pasangan seksual atau akibat hubungan seksual yang tidak sehat
- Menderita penyakit HIV / AIDS
- Bekerja sebagai tenaga kesehatan atau di pusat pengolahan air dan limbah
- Sering menerima transfusi darah, terutama bila darah pendonor tidak melalui pemeriksaan ketat atau alat yang digunakan tidak higienis
- Mengonsumsi beberapa jenis obat yang mengandung paracetamol dosis tinggi dan waktu yang lama, atau minum obat herbal tanpa terlebih dahulu berkonsultasi dengan dokter
Penanganan Hepatitis akut yang belum diketahui pada anak-anak
Disarankan agar hepatitis akut pada anak dapat segera terdeteksi dan ditangani, segera membawa anak ke dokter, apabila mengalami gejala awal berupa mual, muntah, sakit perut, diare, urine berwarna seperti teh, dan demam ringan.
Penting diingat, jangan menunggu hingga muncul gejala lanjutan berupa kuning, tinja berwarna pucat, hingga penurunan kesadaran.
Untuk mendiagnosis hepatitis, dokter akan melakukan tanya jawab tentang gejala dan riwayat kesehatan pasien, dilanjutkan dengan pemeriksaan fisik. Pada pemeriksaan fisik, dokter akan memeriksa perubahan warna di bagian putih mata (sklera) dan menekan perut bagian kanan atas.
Selanjutnya, dokter akan melakukan pemeriksaan lanjutan untuk memastikan diagnosis, meliputi:
- Test Fungsi Hati (Liver Function Test) dalam memeriksa kadar protein atau enzim di aliran darah, yang dapat menunjukkan kerusakan pada hati
- Tes antibodi virus hepatitis, untuk mengetahui jenis antibodi virus hepatitis dalam darah dan menentukan apakah hepatitis bersifat akut atau kronis
- USG atau Ultrasound bagian perut, untuk mengetahui jenis kelainan pada organ hati, seperti kerusakan hati, pembesaran hati, atau tumor hati
- Pemeriksaan biopsi organ hati untuk menentukan penyebab kerusakan di jaringan hati
Untuk mencegah hepatitis akut misterius, pastikan anak secara rutin mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, mengonsumsi makanan yang dimasak hingga matang, tidak berbagi alat makan bersama dengan orang lain, dan menghindari kontak dengan orang sakit.
Pengobatan Hepatitis
Pengobatan hepatitis disesuaikan dengan jenis hepatitis dan tingkat keparahannya. Metode pengobatan untuk hepatitis yang dapat dilakukan meliputi pemberian obat-obatan dan transplantasi hati. Diantaranya dengan Obat interferon. Beberapa jenis hepatitis akibat infeksi virus bisa sembuh dengan sendirinya. Namun, pemberian obat-obatan perlu dilakukan untuk menghentikan penyebaran virus dan mencegah kerusakan hati lebih lanjut. Jenis obat yang diresepkan oleh dokter adalah Interferon, yang biasanya diberikan melalui suntikan setiap minggu selama 6 bulan.
Untuk mengatasi hepatitis akibat penyakit Autoimun, Dokter dapat memberikan obat Imunosupresan, terutama kortikosteroid, seperti prednisone dan budesonide. Selain itu, dapat diberikan obat azathioprine,tacrolimus, dan cyclosporin.
Pada beberapa kondisi, misalnya pada hepatitis B atau hepatitis C kronis, dokter juga bisa memberikan obat-obatan antivirus, seperti: Ribavirin, Entecavir, tenofovir. Obat-obatan tersebut bisa menghambat pertumbuhan dan perkembangan virus dengan mekanisme yang berbeda-beda. Sedangkan penderita hepatitis yang disebabkan cacing hati, pemberian obat-obatan disesuaikan dengan jenis cacing menginfeksi hati, meliputi: Praziquantel atau albendazole, untuk clonorchiasis, dan Triclablendazole dan possibly nitazoxanide, untuk fascioliasis
Transplantasi hati
Bila keadaan /kondisi hepatitis sudah menyebabkan kerusakan hati yang berat, maka dokter akan merekomendasikan tindakan seperti Transplantasi hati. Melalui prosedur ini, organ hati pasien yang rusak akan diganti dengan organ hati yang sehat dari pendonor. Selain penanganan ini, penderita hepatitis akibat penggunaan obat-obatan tertentu perlu menghentikan konsumsi obat-obatan tersebut.
Apabila penderita Hepatitis tidak ditangani dengan baik, maka dapat menimbulkan resiko komplikasi, yakni kegagalan fungsi hati, sirosis, maupun kanker hati. Penyakit hepatitis yang masuk ke stadium kronis mempunyai resiko tinggi yang dapat menimbulkan kanker hati (hepatocellular carcinoma)
(Informasi/ data berbagai sumber)
Ref:
Baker, J., et al. (2022). Acute Hepatitis and Adenovirus Infection Among Children — Alabama, October 2021–February 2022. Morbidity and Mortality Weekly Report, 71(18), pp. 638–40.
Michelle, L., et al. (2019). A Clinical Review of Viral Hepatitis. Journal of American Academy of Physician Assistants, 32(11), pp. 15–20.
American College of Gastroenterology (2022). GI Health and Disease. Hepatitis (Hepatitis A, B, dan C).
American Family Physician (2012). Hepatitis A.
American Liver Foundation (2021). For Patients. Hepatitis A.
World Health Organization (2019). Q&A Detail. What is Hepatitis?
Centers for Disease Control and Prevention (2021). What is Viral Hepatitis?
Kementerian Kesehatan RI (2022). Pemerintah Lakukan Investigasi Kontak 3 Kasus Hepatitis Akut pada Anak.
National Health Service UK. (2021). Health A to Z. Hepatitis.
National Institute of Diabetes and Digestive and Kidney Diseases (2020). Health Information. Liver Transplant.
National Institute of Health (2020). Medline Plus. Hepatitis.
UK Health Security Agency (2022). Investigation into Acute Hepatitis of Unknown Aetiology in Children in England.
Cleveland Clinic (2020). Disease & Conditions. Viral Hepatitis.
Davis, C. MedicineNet (2020). Hepatitis (Viral Hepatitis, A, B, C, D, E, G).
DerSarkissian, C. WebMD (2020). Hepatitis: What Puts You at Risk.
Hoffman, M. WebMD (2020). Liver Function Test.
Kahn, A. Healthline (2021). Hepatitis.
Kumar, S. MSD Manuals (2021). Overview of Acute Viral Hepatitis.
Samji, N. Medscape (2017). Viral Hepatitis.